Bupati Fauzi Berikan Perhatian Penuh Terhadap Tradisi Kirab Pusaka Keraton

oleh
oleh
Kirab pusaka Keraton Sumenep

DAMAIRA.CO.ID, SUMENEP-Pemerintah Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur kembali menggelar tradisi sakral penjamasan dan kirab pusaka Keraton secara khidmat, bertepatan dengan bulan Asyura. Tradisi ini tidak hanya menjadi simbol penghormatan terhadap warisan leluhur, tetapi juga bukti komitmen kuat Bupati Sumenep, Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo dalam menjaga dan melestarikan budaya agung milik daerahnya.

Tradisi tahunan ini diawali dengan penjamasan pusaka peninggalan Raja Sumenep oleh para empu dari Pelestari Budaya Leluhur “Pelar Agung” di Desa Aeng Tongtong, Kecamatan Saronggi. Proses penjamasan dilakukan melalui ritual khusus yang sakral, diyakini membawa berkah dan keselamatan bagi masyarakat.

Setelah dijamas, pusaka-pusaka tersebut dikirab menuju Keraton Sumenep. Prosesi kirab budaya ini menjadi daya tarik utama. Para empu dan warga Aeng Tongtong membawa serta hasil bumi seperti jagung, terong, kacang, dan sayuran sebagai lambang kemakmuran dan rasa syukur. Mereka juga mengenakan pakaian adat Keraton Sumenep yang memperkuat nuansa budaya dan sejarah.

Sesampainya di Keraton, pusaka yang telah dijamas diserahkan secara simbolis kepada Bupati Fauzi. Tradisi Tarek Topak Barlobaran kemudian menjadi penutup prosesi, menampilkan pertunjukan khas antara Bupati dan salah satu empu.

Bupati Fauzi menegaskan bahwa kirab pusaka bukan sekadar agenda seremonial, melainkan bagian dari upaya serius pemerintah dalam merawat jati diri budaya Sumenep. Ia memberikan perhatian penuh terhadap pelestarian tradisi tersebut sebagai bagian dari warisan leluhur yang harus terus hidup di tengah masyarakat modern.

“Kegiatan ini adalah wujud komitmen kami dalam menjaga budaya luhur yang menjadi identitas masyarakat Sumenep. Kirab pusaka ini bukan hanya mengenang sejarah, tetapi juga menghidupkan kembali semangat kebudayaan di tengah kehidupan hari ini,” ujarnya, Kamis (3 Juli 2025).

Ia juga mendorong keterlibatan generasi muda agar tidak terputus dari akar tradisinya. “Kami mengajak semua elemen masyarakat, terutama generasi muda, untuk ikut serta menjaga warisan budaya ini agar tetap eksis dan lestari sepanjang masa,” pungkas suami Hj. Nia Kurnia.