Tadarus Sumenep, Permata Pulau Madura

oleh
oleh

DAMAIRA.CO.ID, SUMEMEP-Kabupaten Sumenep yang terletak di paling ujung timur Pulau Madura, Jawa Timur, memiliki segudang kekayaan budaya, sejarah, destinasi wisata dan potensi alam lainnya yang melimpah. Bahkan tak hanya itu, Sumenep juga memiliki oksigen terbaik kedua di dunia, yaitu wisata kesehatan pulau Gili Iyang.

Bahkan yang tak kalah menyita perhatiannya mengenai wisata religi yang setiap saat selalu ramai dikunjungi, utamanya di Bulan Suci Ramadhan Ini. Di antaranya, Asta Tinggi, Masjid Jamik Sumenep, Keraton Sumenep, Museum, Paseran Makam Joko Tole, Asta Sayyid Yusuf, dan Asta Katandur.

Wisata religi ini bisa dibilang yang paling ramai didatangi pengunjung dibanding wisata alam lainnya yang populer di sumenep. Itu artinya Kabupaten Sumenep, yang identik dengan kota keraton memiliki sisi spritualitas yang tinggi yang tidak bisa dijelaskan dengan logika. Sebab diakui atau tidak para arwah pendiri sumenep mampu mengikat hubungan emosial dengan masyarakat luar sumenep utamanya yang memiliki sambungan spritualitas dengan para pendiri kota keris ini.

Sebab mustahil kalau tidak ada getaran sambungan, mereka rela jauh-jauh datang ke sumenep hanya untuk berziarah kepada para pendiri maupun tokoh-tokoh yang ada di sumenep. Seperti Asta Sayyid Yusuf yang berada di pulau talango itu. 

Sementara di wisata alamnya yang juga menyedot para wisatawan, yaitu Gili Labak, Gili Iyang, Pantai Lombang, Salopeng, pantai sembilan dan wisata alam lainnya. Yang tidak kalah menariknya dengan wisata bahari lainnya di luar sumenep. Belum lagi di pulau lainnya yang tidak terekpos ke publik berhubung Kabupaten Sumenep memiliki banyak pulau hingga 126 pulau yang tentunya banyak memiliki keunikan dan keindahan tersendiri.

Untuk itu, guna memelihara dan mengembangkan potensi yang dimiliki itu. Pemerintah Kabupaten Sumenep, di bawah kepemimpinan Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo atau yang dikenal dengan Cak Fauzi terus melakukan teroboson baru dalam mempromosikan kekayaan kebudayaan sumenep melalui pagelaran berbagai event. Bahkan tak tanggung-tanggung di tahun 2024 ini sebanyak 100 event lebih yang akan disajikan ke publik. Itu tidak lain dalam rangka memajukan sumenep sehingga menarik perhatian masyarakat dunia berbondong-bondong datang ke sumenep yang tidak hanya sebagai pengunjung, tetapi juga diharapkan tertarik melakukan investasi di sumenep sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sumenep.

Sedikit penulis akan ulas berkenaan dengan wisata religi di Sumenep, agar pembaca dapat memiliki gambaran singkat seputar peninggalan kerajaan sumenep yang hingga kini tetap digemari diantaranya sebagai berikut: 

Masjid Agung/Masjid Jamik Sumenep

Masjid Agung Keraton Sumenep dibangun sekitar tahun 1779 Masehi dan selesai 1787 Masehi. Arsitektur Masjid Jamik Sumenep adalah Lau Piango, tokoh yang juga membangun Keraton Sumenep, berkebangsaan cina.

Arsitektur Masjid Jamik Sumenep terdiri dari paduan cina, eropa dan bangunan khas Madura masa silam. Seperti tampak pada warna dominan kuning dan hijau.
Warna itu menggambarkan tipikal orang Madura yang tegas namun menjungjung tinggi rasa kemanusiaan.

Asta Tinggi

Asta Tinggi merupakan tempat Raja-Raja Sumenep dikebumikan. Letaknya tidak jauh pusat kota, berada di sebelah barat daya kota. Masuk dalam administrasi Desa Kebun Agung, Kecamatan Kota Sumenep.

Asta Tinggi setiap hari ramai dikunjungi oleh peziarah dari berbagai penjuru kota yang ada di Indonesia.

Kompleks Asta Tinggi terdiri dari 4 kubah utama. Diantaranya Pasarean Pangeran Panji Pulang Jiwo (1), Pasarean Pangeran Jimat (2), Pasarean Bindara Saod(3), dan Pasarean Pangeran Sultan Abdurrahmana (4).

Setiap kubah atau pasarean tersebut terdapat makam Raja Sumenep yang berjejer dengan keluarga keraton atau tokoh penting lain pada masanya.

Keraton Sumenep dan Museum

Wisatawan usai mengunjungi Asta Tinggi biasa juga berkunjung ke Keraton Sumenep dan Musemu. Keduanya terletak pada satu area. Yakni di Jl. Dr. Sutomo No.6, Lingkungan Delama, Pajagalan, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur 69416.

Bangunan Keraton Sumenep sebagian adalah bangunan tua, sementara sebagian telah mengalami pemugaran dan perbaikan.

Dalam komplek Keraton Sumenep terdapat Tama Sare. Pengunjung biasa cuci muka atau sekadar basuh kaki. Konon taman itu tempat istri raja mandi yang bisa menambah aura kecantikan.

Sementara Museum Keraton Sumenep ramai dikunjungi karena ada Al-Qur’an raksasa, memiliki panjang 4 meter dengan lebar 3 meter, dan berat hingga 500 kilogram.

Sampul Al-Qur’an itu terbuat dari kulit kerbau dan bagian kertasnya terbuat dari kertas panoraga. Menurut beberapa ahli, konon katanya Al-Qur’an ini ditulis oleh Sultan Abdurrahman.

Makam Jokotole

Jokotole merupakan putra sareyang Pottre Koneng dan Adi Poday, salah satu penguasa Sumenep yang masyhur di ceritakan oleh masyarakat.

Jokotole memiliki nama asli Ario Kudopanule alias Pangeran Saccadiningrat III. Ia dikenal legendaris dengan kuda terbangnya. Kini kuda terbang merupakan simbol utama pemerintahan Kabupaten Sumenep.

Makam Jokotole berada di Kecamatan Manding sekitar 7 km dari pusat Kota Sumenep.

Asta Sayyid Yusuf

Masyarakat Madura juga sering mengunjungi pasrean makam Sayyid Bin Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Bin Al Hasani atau akrab disebut Sayyid Yusuf Talango.

Sayyid Yusuf dikenal sebagai mursyid (pembimbing) tarekat Khalwatiyah. Lahir di Gowa, Sulawesi Selatan pada 3 Juli 1626 dan wafat di Cape Town, Afrika Selatan pada 23 Mei 1699.

Asta Sayyid Yusuf terletak di Desa Padike, Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Arah timur dari pusat kota Sumenep.

Makamnya setiap hari tidak pernah sepi dari pengunjung. Para peziarah datang ke sana dengan beragam tujuan. Mulai dari ngalap berkah, ziarah kubur hingga menghabiskan waktu liburan dengan kegiatan positif.

Asta Katandur

Pangeran Katandur juga dikenal sebagai Sunan Paddusan. Ia merupakan sosok pemuka agama yang diyakini telah berjasa di bidang pertanian bagi masyarakat Sumenep.

Nama asli Pangeran Katandur adalah Syekh Achmad Baidhowi. Ia kelahiran Kudus yang kemudian hijrah ke Sumenep untuk berdakwah menyebarkan ajaran Islam. Ia pun wafat dan dikuburkan di Sumenep.

Pemakamannya terletkan di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep, sekitar 2 Km dari pusat kota.(redaksi)