Rakyat, Pilar Sejati Bangsa

oleh
oleh
Ilustrasi

DAMAIRA.CO.ID, SUMENEP-Berbicara tentang rakyat, sejatinya ada kebahagiaan tersendiri meski mereka kerap hanya menjadi objek kebijakan. Walau sering dikategorikan sebagai kelas sosial paling bawah, sesungguhnya rakyatlah yang paling kaya dibanding para penguasa. Dari keringat dan jerih payah merekalah negara dapat berdiri kokoh. Pajak yang dipungut dari rakyat menjadi sumber utama untuk membayar gaji pejabat, membiayai program negara, bahkan menjaga roda pemerintahan agar tetap berjalan.

Tidak berlebihan jika jargon “Suara rakyat adalah suara Tuhan” begitu relevan, sebab sesungguhnya rakyatlah penjaga utama keberlangsungan negara. Bayangkan, jika rakyat kompak tidak membayar pajak—baik pajak bumi, kendaraan, maupun berbagai jenis pungutan lainnya—maka sendi-sendi keuangan negara akan lumpuh. Terlebih hampir semua kebutuhan hidup, dari makanan, minuman, hingga peralatan sehari-hari, mengandung unsur pajak.

Namun, di balik kontribusi besar itu, muncul pertanyaan: di manakah posisi negara dalam menjamin kesejahteraan rakyat? Sektor riil seperti pertanian, peternakan, perikanan, hingga UMKM sejauh ini masih belum mendapatkan dukungan maksimal dari pemerintah. Rakyat justru sering terkesan hanya menjadi alat pemulus program-program yang lebih menguntungkan segelintir oknum ketimbang memberikan manfaat langsung bagi masyarakat luas.

Ironi besar terlihat di negeri ini: Indonesia yang begitu kaya sumber daya alam, namun masih kesulitan menghadirkan kesejahteraan merata bagi rakyatnya. Undang-undang yang sejatinya harus berpihak pada kepentingan rakyat, justru sering tidak berjalan sebagaimana mestinya. Negara seakan sibuk “beternak” koruptor, yang dengan leluasa menguras uang rakyat tanpa tindakan hukum yang tegas. Supremasi hukum pun acapkali dipermainkan, bersekongkol dengan kepentingan penguasa.

Lalu, sampai kapan rakyat Indonesia harus menanti kesejahteraan? Apakah cita-cita menuju “Indonesia Emas” hanya akan menjadi angan, jika sistem pemerintahan dan budaya birokrasi masih penuh jurang ketimpangan?

Wallahu a’lam bishshawab.