Rembuk Pendidikan DPKS, Pengawas dan Komite Tak Boleh Lagi Duduk Manis

oleh
oleh

DAMAIRA.CO.ID, SUMENEP – Dewan Pendidikan Kabupaten Sumenep (DPKS) tak mau sekadar jadi penonton dalam perbaikan dunia pendidikan. Mereka siap menggebrak lewat Rembuk Pendidikan 2025 yang bakal digelar Rabu, 25 Juni 2025, di Pendopo Keraton Sumenep.
Acara yang bertema “Kolaborasi Pengawas dan Komite dalam Meningkatkan Mutu Satuan Pendidikan” itu dipastikan akan dihadiri langsung oleh Bupati Sumenep, Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo. Menurut Ketua Panitia, Syafiqurrahman, dukungan dari orang nomor satu di Sumenep sangat nyata.
“Bupati sangat mengapresiasi. Dalam pertemuan kemarin beliau meminta agar kegiatan ini dipersiapkan dengan matang. Ini bukti bahwa isu pendidikan menjadi perhatian serius,” ujarnya, Selasa (18/6).
Bukan sekadar forum kumpul-kumpul, Rembuk Pendidikan ini digadang sebagai titik balik cara pandang terhadap dua komponen penting yang sering terabaikan: pengawas dan komite sekolah. Dua elemen ini kerap hadir dalam struktur formal, tapi jarang diberi ruang dalam peran strategis.
“Tema ini kami angkat karena pengawas dan komite tak bisa terus berada di pinggir lapangan. Mereka harus masuk gelanggang, ikut terlibat aktif meningkatkan mutu pendidikan,” tegas Syafiq.
DPKS ingin mengikis paradigma lama bahwa mutu pendidikan hanya urusan guru dan kepala sekolah. Padahal, pengawas punya peran kunci sebagai pembina mutu, dan komite sekolah sebagai representasi masyarakat dalam pengawasan dan perumusan kebijakan pendidikan.
Acara ini akan dihadiri oleh ratusan peserta, mulai dari pengawas pendidikan lintas jenjang hingga perwakilan komite sekolah dari seluruh wilayah Sumenep—baik tingkat satuan, kecamatan, hingga kabupaten.
Isu yang bakal dikupas juga tak main-main. Dari ketimpangan mutu antar sekolah, lemahnya fungsi kontrol komite, hingga minimnya inovasi pengawasan berbasis pembinaan. Semuanya akan dibahas secara terbuka, agar pendidikan Sumenep tidak lagi jalan di tempat.
DPKS berharap, rembuk ini bukan hanya menjadi rutinitas tahunan yang penuh catatan seremonial. Tapi menjadi pemantik lahirnya pola kolaborasi baru. Kolaborasi yang konkret, strategis, dan menyentuh ruang kelas.
“Kalau pengawas hanya jadi tukang periksa berkas, dan komite cuma hadir pas penyerahan raport, kita gagal mendefinisikan mutu,” tegas Syafiq. “Sudah waktunya semua pihak turun tangan.” (*)