Keraton Langit Ingatkan: Suara Rakyat Jangan Dibalas Kekerasan

oleh
oleh

DAMAIRA.CO.ID, SUMENEP-Manager Keraton Langit Sumenep Masyuni Ramadhan, S.M tampil ke publik menyampaikan duka mendalam atas wafatnya Affan Kurniawan—sekaligus desakan moral ke para pemangku kepentingan di Sumenep: DPRD, Polres, dan Pemkab. “Suara rakyat jangan sampai dibalas dengan kekerasan, tetapi harus ditampung dengan kasih sayang dan kebijakan yang adil,” ujar Ramadhan dalam pernyataan resmi, Senin (1/8/2025).

Ramadhan menegaskan, DPRD Sumenep punya peluang tampil berbeda dari citra parlemen yang bising: lebih dekat warga, sederhana, dan bebas dari kesan kemewahan. Ia mendorong “Rembug Sumenep” yang menghadirkan ulama, tokoh masyarakat, mahasiswa, dan buruh—agar wakil rakyat duduk sejajar dengan rakyatnya—serta menjadikan kearifan bhuppa’, bhabbu’, ghuru, rato sebagai kompas etika.

Kepada kepolisian, nada Manager Keraton langit hangat tapi menggigit: polisi adalah pelayan rakyat, bukan “tangan besi” negara. Ia meminta Polres Sumenep menampilkan wajah yang ramah, sabar, bijak; menahan tindakan berlebihan di lapangan; menegakkan akuntabilitas ke luar dan ke dalam; serta memperkuat dialog kultural berbasis falsafah Madura agar polisi hadir sebagai perisai, bukan ancaman. “Jangan sampai perintah untuk menjaga ketertiban berubah menjadi luka sosial,” tegasnya.

Untuk Pemkab, Ramadhan mendesak hadir di lapangan, bukan hanya dari balik meja. Bupati dan jajaran diminta membuka dialog terbuka lintas elemen; menyalurkan aspirasi Sumenep ke pusat; mengutamakan pendekatan persuasif dalam pengamanan; serta memberi teladan kesederhanaan dan transparansi anggaran. “Jangan sampai Sumenep tercatat abai terhadap jeritan rakyatnya,” katanya.

Seruan Manager Keraton Langit juga ditujukan ke publik luas. Ia mengajak suara yang kuat tanpa api dan batu: aksi damai, doa bersama, mimbar bebas, forum diskusi—seraya menjaga fasilitas publik sebagai milik bersama. “Gedung, jalan, dan fasilitas umum yang kita hancurkan sejatinya adalah milik kita bersama. Jika kita merusaknya, kitalah yang paling dulu menanggung akibatnya,” ucapnya.

Di ujung pernyataannya, Masyuni Ramadhan membingkai harapan: Sumenep sebagai pelita di tengah gelapnya suasana bangsa—dengan keberanian mendengar, keteguhan pada keadilan, dan kebijaksanaan merangkul semua golongan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *