DAMAIRA,CO.ID, SUMENEP-Bulan Suci Ramadhan merupakan kumpulan energi positif yang salah satunya ditumpahkan ke makhluk Bumi. Utamanya pada mahkluk yang namanya manusia khususnya kaum muslimin. Manusia sebagai mahkluk paling sempurna oleh Allah diletakkan di bagian paling teratas dari makhluk lainnya. Cuma catatannya, adalah manusia yang beriman, tunduk dan patuh pada yang Maha Pencipta Allah SWT.
Sebaliknya bila manusia tidak menempatkan diri sebagai hamba, maka posisinya lebih buruk dari makhluk hewan sekalipun. Maka dari itu, kesempatan emas di bulan puasa ini, manusia diberikan kesempatan untuk kembali kepada Tuhannya, dengan menjalankan ibadah puasa dan memperbanyak amal kebaikan lainnya.
Bahkan saking berkahnya Bulan Ramadhan, bagi pelaku dosa pun dijamin diampuni, asalkan betul-betul ikhlas beribadah untuk menghapus dosa-dosanya yang tak terhitung jumlahnya. Untuk itu, tidak perlu pesimistis karena ada jaminan yang dijanjikan asalkan betul-betul serius kembali menjadi hamba yang baik dan taat. Di mana Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan karena Iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan sabda Rasulullah tersebut, manusia berkesempatan melakukan evaluasi dan instrospeksi diri. Yang salah satunya termuat di bulan puasa yang diistilahkan dengan Imsak ‘menahan diri’. Yaitu dengan mengunci hawa nafsu sebagai kekuatan terbesar manusia untuk mendorong perbuatan negatif. Artinya, kalau hawa nafsu sudah tidak diberikan ruang untuk mendominasi dalam diri manusia. Maka yang akan hadir adalah jiwa kebaikan sehingga berdampak pada kehidupan sosial yang stabil dan kondusif. Karena semua individu telah bersepakat ‘menahan diri’ untuk tidak berbuat yang serba negatif.
Puasa dalam aspek kesalehan sosial, bisa dilihat di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin, yang punya jabatan dan rakyat biasa semuanya memposisikan yang sama di hadapan yang Maha Kuasa. Mereka yang kaya juga menahan nafsunya untuk tidak makan dan minum di siang hari. Pun sebaliknya yang miskin karena sudah terbiasa selalu lapar. Adanya bulan puasa tidak menjadi persoalan, malah membawa berkah banyak yang membantu mencukupi kebutuhan hidupnya di bulan penuh ampunan ini.
Di sisi yang lain, Bulan Puasa mengajari manusia untuk jujur pada dirinya sendiri. Yaitu dengan jujur tidak makan dan minum di siang hari. Karena kalau tidak jujur pada dirinya, kapan pun dan di mana pun bisa saja melakukan yang dapat membatalkan puasa tanpa diketahui oleh orang lain, kecuali oleh yang Maha Kuasa. Itu artinya sebuah gambaran bahwa pada hakikatnya dalam berpuasa adalah menguji kejujuran manusia itu sendiri. Karena logikanya kalau pada dirinya saja sudah tidak jujur, apalagi pada orang lain, wong pada Tuhannya saja sudah tidak jujur.
Penulis membayangkan. Seandainya momentum kehidupan di Bulan Puasa juga mampu diterapkan oleh manusia di luar Bulan Suci Ramadhan, batapa indahnya di kehidupan sosial di dunia ini. Karena kekuatan spritualitas ‘imsak’ atau menahan itulah di bulan puasa ini menjadi pembeda dari bulan lainnya di luar Bulan Ramadhan. Bahkan saking utamanya, ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu malam Lailatul Qadar. Semoga kita semua akan mendapatkan keutamaan dan kesempurnaan Bulan Suci Ramadan ini. Wallahu’alam Bissoweb.(red).