DAMAIRA.CO.ID, SUMENEP-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep di bawah kepemimpinan Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo kembali menunjukkan komitmen kuat dalam melindungi kepentingan petani. Menyambut musim panen tembakau, Bupati Fauzi memimpin langsung rapat koordinasi lintas sektor untuk menetapkan Titik Impas Harga Tembakau (TIHT) 2025 sebagai acuan harga minimum di tingkat petani.
Penetapan ini disambut positif oleh berbagai pihak, termasuk Ketua Paguyuban Pengusaha Rokok Sumenep, H. Sofwan Wahyudi. Menurutnya, langkah cepat Bupati Fauzi memberi kepastian harga yang menguntungkan petani sekaligus membantu pelaku industri rokok lokal dalam merencanakan strategi produksi.
Bupati Fauzi menegaskan, kebijakan TIHT bukan sekadar angka, tetapi wujud nyata keberpihakan pemerintah kepada petani di tengah tantangan cuaca dan fluktuasi pasar.
“TIHT adalah bentuk perlindungan kepada petani. Kami optimistis harga di pasar nantinya bisa melampaui titik impas karena pasokan tahun ini diperkirakan menurun,” ujar Bupati Fauzi usai memimpin rakor di Sumenep, Senin (11/8/2025).
Menurutnya, kondisi cuaca yang tidak menentu sejak awal tahun telah memengaruhi pola tanam dan menurunkan produksi tembakau di sejumlah sentra. Situasi ini, kata Bupati, menjadi peluang bagi petani untuk mendapatkan harga lebih tinggi. Penetapan TIHT lebih awal adalah langkah antisipatif agar petani dapat menyusun strategi produksi dan pemasaran secara matang.
Adapun TIHT 2025 ditetapkan sebagai berikut:
- Tembakau Gunung: Rp 67.929/kg (naik 1,41% dari tahun sebelumnya)
- Tembakau Tegal: Rp 63.117/kg (naik 2,46%)
- Tembakau Sawah: Rp 46.142/kg (naik 0,10%)
Bupati Fauzi memaparkan, dalam dua tahun terakhir harga beli tembakau di tingkat petani hampir selalu berada di atas TIHT yang ditetapkan Pemkab Sumenep.
“Sejak 2022, realisasi di lapangan membuktikan TIHT efektif. Sebagian besar petani menjual hasil panennya dengan harga di atas titik impas,” tegasnya.
Dengan kebijakan ini, Pemkab Sumenep berharap sektor pertembakauan tetap menjadi penopang ekonomi ribuan keluarga petani, sekaligus menjaga stabilitas industri rokok lokal agar tetap kompetitif di pasaran.