DAMAIRA.CO.ID, SUMENEP-Kreativitas santri Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa Guluk-guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur, patut diapresiasi dan diteladani, pasalnya mampu mendaur ulang sampah menjadi barang bernilai ekomomis.
Sampah yang identik kotor dan menjijikkan, ternyata tidak bagi para santri yang kreatif. Terbukti di tangan santri Annuqayah Daerah Lubangsa, sampah disulap jadi barang yang berharga. Tidak hanya dibuat hiasan saja, bahkan mampu membuat paving bangunan berbahan sampah plastik.
Dalam prosesnya, sampah yang sebelumnya dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA) kini dikumpulkan di Unit Pengelolaan Teknis (UPT) Jatian selaku penanggung jawab pengelolaan sampah. Di tempat ini sampah dipilah-dipilah kemudian dilakukan pembakaran lalu diproses dibuat paving dengan aneka bentuk. Selain dibuat paving juga dibuat pupuk organik untuk tanaman pertanian.
Sementara santri putri juga tidak kalah kreatifnya. Mereka mendaur ulang sampah menjadi hiasan cantik. Seperti bunga, boneka, pot dan hiasan lainnya.
Kreativitas santri lubangsa itu mendapat perhatian sejumlah pesantren se-Madura. Pasalnya, pada Sabtu 2 Marer 2024, menggelar Musyawarah Ekopesantren yang bertempat di Aula Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa. Acara ini mengangkat tema “Manajemen Pengelolaan Sampah di Pesantren”.
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Unit Pengelola Teknis (UPT) Jatian selaku penanggung jawab pengelolaan sampah di Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa.
Musyawarah ekopesantren itu diikuti delegasi dari 50 pondok pesantren se-Madura. UPT Jatian juga menghadirkan sejumlah tokoh yang selama ini fokus dalam menangani sampah. Salah satunya Lurah Panggungharjo Wahyudi Anggoro Hadi.
Ketua Pengurus Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Moh. Farid menjelaskan tujuan diadakannya musyawarah ekopesantren itu untuk mengajak kalangan pesantren agar memiliki komitmen yang sama dalam mengatasi permasalahan sampah yang telah menjadi ancaman serius bagi lingkungan.
“Hingga hari ini sampah terus menjadi permasalahan tak berkesudahan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia khususnya juga di pesantren,” jelas Farid usai acara.
Farid sapaan akrab Ketua Pengurus Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa itu berharap ada tindak lanjut nyata dari hasil musyawarah. Setidaknya apa yang dilakukan UPT Jatian yang menyulap sampah menjadi paving menjadi inspirasi awal bagi peserta musyawarah ekopesantren dalam mengatasi problem sampah.
“Kami berharap ada pengembangan dari apa yang sudah dilakukan selama ini setelah musyawarah ini, sehingga sampah tidak hanya menumpuk di TPA,” harap dia.
Selesai acara, delegasi pesantren yang mengikuti musyawarah ekopesantren itu meninjau langsung bagaimana UPT Jatian megolah sampah menjadi barang bermanfaat. Seperti paving, pupuk cair, dan kerajinan.(sai)