Maksudi Tawarkan Gagasan “Equilibrium Sosial-Inklusif” untuk Transformasi PMII Jatim

oleh
oleh

DAMAIRA.CO.ID, SUMENEP-Calon Ketua Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur, Maksudi, mengusung gagasan baru bertajuk “Equilibrium Sosial-Inklusif” sebagai arah gerakan transformatif PMII ke depan.

Gagasan ini lahir dari keprihatinan atas menguatnya polarisasi sosial, rendahnya literasi digital, serta belum optimalnya keseimbangan antara nilai keislaman, keindonesiaan, dan keilmuan di tubuh PMII.

Konsep “Equilibrium Sosial-Inklusif” memadukan teori ekonomi dari Walras dan Marshall, serta teori sosiologi dari Parsons, yang kemudian dibingkai dalam pendekatan integratif antara nilai-nilai agama, kebangsaan, ilmu pengetahuan, dan keberlanjutan.

PMII Sebagai Kekuatan Penyeimbang

“PMII Jatim harus menjadi kekuatan penyeimbang. Di sinilah konsep equilibrium mengambil peran. Sebagai organisasi berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah, PMII harus kokoh secara ideologis, sekaligus tangguh dalam menjawab tantangan digital, lingkungan, dan ekonomi kader,” ujar Maksudi, Kamis (29/5).

Konsep ini diterjemahkan ke dalam lima misi utama:

  1. Kaderisasi holistik berbasis potensi zaman,
  2. Perluasan partisipasi kader di sektor-sektor strategis,
  3. Optimalisasi peran ulama dan umara dalam moderasi beragama,
  4. Advokasi publik berbasis data dan media kreatif,
  5. Kemandirian organisasi melalui inkubasi wirausaha sosial dan pembentukan BUMKC (Badan Usaha Milik Koordinator Cabang).

Menjadi Pusat Intelektual Mahasiswa Islam

Maksudi menargetkan PMII Jatim sebagai think tank mahasiswa Islam progresif yang relevan dengan tantangan lokal dan nalar global. Salah satu langkahnya adalah pendirian Sekolah Vokasi PMII Jatim, yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan literasi digital, keterampilan teknis, dan kepemimpinan komunitas.

“Jika kita ingin PMII menjadi center of gravity, kita tidak bisa mengandalkan pola aktivisme konvensional. Kita harus mampu mendialogkan tradisi dengan teknologi, serta nilai spiritual dengan data saintifik,” jelasnya.

Penguatan Toleransi dan Advokasi Ekologi

Dalam menjaga kohesi sosial, Maksudi merencanakan pembentukan Forum Lintas Iman yang akan menjadikan PMII sebagai fasilitator dialog antaragama di akar rumput.

“PMII harus hadir sebagai perekat bangsa, bukan sekadar penggerak opini sesaat. Kita perlu menyulam kebhinekaan dengan program nyata yang menyentuh masyarakat bawah,” tegasnya.

Di bidang lingkungan, ia menekankan pentingnya respons strategis terhadap krisis ekologi melalui advokasi berbasis data dan gerakan sosial yang berkelanjutan.

Kemandirian Ekonomi dan Inovasi Sosial

Menjawab tantangan pendanaan organisasi, Maksudi mencanangkan pendirian BUMKC, sebuah unit usaha berbasis prinsip profit ekonomi, dampak sosial, dan keberlanjutan lingkungan. Selain itu, ia juga akan menginisiasi Inkubator Wirausaha Sosial PMII Jatim serta skema crowdfunding filantropi dari kader dan alumni.

“Inilah saatnya membangun ekonomi kader. Tidak cukup hanya mengkritik realitas sosial, kita harus mampu menciptakan solusi ekonomi yang membebaskan,” katanya.

Menuju PMII yang Transformatif

Sebagai kerangka besar, Maksudi ingin memosisikan PMII Jatim bukan sekadar organisasi mahasiswa, tetapi sebagai aktor perubahan sosial berbasis Islam moderat yang dinamis, adaptif, dan kolaboratif.

Equilibrium bukan berarti stagnasi. Ia adalah keseimbangan dinamis yang terus menyesuaikan diri dengan tantangan zaman. PMII Jatim harus menjadi laboratorium peradaban,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *